Hambatan dalam Berbisnis
Dalam sebuah penelitian oleh A McKinsky & Company menjelaskan
tentang 10 kendala bisnis dalam pertumbuhan dan pengembangan antara lain:
1. Tidak terjadinya penjualan
Dapat dijelaskan bahwa, Banyak UKM
yang mencoba bangkit dari usaha yang minim menuju level yang lebih baik
terhambat karena tidak terjadinya penjualan, atau dengan kata lain penjualan
masih tidak menentu dan tidak dapat menyeimbangkan dengan potensi produksi.
Sedangkan biaya produksi baik bahan baku, SDM, operasional, maupun biaya teknis
tetap harus terbayar.
2. Biaya Awal yang tinggi
Biaya Awal yang tinggi adalah biaya
untuk operasional dan perputaran awal. Dapat diartikan bahwa, ketika awal mula mendirikan
sebuah usaha tentu menguras dana untuk membeli semua bahan baku dan pendukungnya,
sehingga terkadang wirausahawan membeli bahan tanpa prediksi untuk jangka waktu
yang efektif, karena dalam tahap awal belum tentu ada lonjakan penjualan yang
tinggi.
3. Kurangnya keterampilan
Bisnis sebagai roh dari usaha kecil dan menengah sering kali
melupakan aspek rekrutmen dan kualifikasi SDM yang jelas. Sehingga kualifikasi
perekrutan SDM tanpa standar minimal mengakibatkan ketidakmampuan SDM untuk
mengenal atau mempelajari produk yang harus diproduksi perusahaan tersebut.
4. Tidak adanya produk yang baru
Produk baru dari sisi teknis adalah
produk penyempurna dan inovasi. Produk baru bisa diartikan bahwa perubahan
teknologi dan tingkat kemapanan ekonomi mempengaruhi permintaan dan peningkatan
nilai dari sebuah produk. Dapat diartikan juga mengkostum produk lama menjadi
baru, menciptkan produk baru yang berbasis pengembangan produk lama atau produk
benar-benar baru namun lahir dari tingginya permintaan pasar.
5. Akses ke pendanaan
Usaha kecil dan wirasuhawan pemula
terkadang kurang memahami unsur kewirausahaan dari aspek manajemen keuangan. Bahwa
akses pendanaan menjadi kendala dari tingginya permintaan namun kecilnya modal
atau modal produksi/modal kerja. Sehingga pengusaha kecil sebaiknya menggunakan
rantai distribusi yang pendek dengan jangka pembayaran yang pendek, agar
optimalisasi akses pendanan cepat terpenuhi.
6. Keuntungan yang tidak mencukupi
Strategi bisnis yang mendasari sebagian UKM
dan wirausahawan masih berorientasi pada kuanitas penjualan. Demi menarik
peminat, terkadang harus menyertakan diskon tinggi, atau dengan kata lain bahwa
diskon rate menjadi penentu dari faktor terjualnya barang, padahal biaya
produksi justru semakin meningkat. Ini yang terkadang melemahkan usaha menengah
dan kecil. Faktor lain adalah tidak menguasai strategi bisnis berbasis pemasaran
efektif, sehingga banyak pengusaha frustasi karena tempo penjualan yang
panjang, sehingga dengan harga-harga diskon tersebut menyebabkan keutungan yang
minim.
7. Tidak adanya kepercayaan diri
Ketidakpercayaan diri mempengaruhi
pelaku UKM untuk tidak berani mengembangkan diri dalam produknya, takut gagal, dan
takut tidak laku. Termasuk bahwa merasa tidak mempunyai strategi bisnis yang
baik sehingga tidak berani untuk mengajukan kredit ke Bank walaupun peluang
sudah ada didepan matapun.
8 . Pemasok yang berbiaya tinggi
Dalam
memacu produksi terkadang pengusaha melibatkan banyak upaya dalam penguatan
alat, penguatan koneksi dll, Namun lupa membangun hubungan yang baik dengan
pemasok. Ketidakbaikan hubungan dengan pemasok karena kurangnya strategi
pendekatan memacu pemasok untuk tidak bergantung pada satu sisi penampungnya. Dampaknya
ada pada harga, karena bukan harga special relasi. Sehingga bisa dikatakan
pelaku usaha kecil terkadang tidak bisa berkembang karena faktor manajemen hubungan
dengan pemasok.
9. Hambatan birokrasi
Birokrasi mampu menghambat pelaku UKM, terutama
karena ketidaktahuannya. Semua perizinan benar-benar sosok yang menakutkan dan
menyulitkan. Secara budaya di Indonesia memang birokrasi apartur pemerintahan
terkadang dibuat rumit oleh pelaku bawahannya, agar menimbulkan peluang kolusi
yang mengandung rupiah.
10. Suku Bunga tinggi
Karena suku bunga bank tinggi dan dibarengi
dengan kenaikan BBM, tarif listrik dll, pengusaha semakin kesusahan dengan
proses cicilan. Begitu juga pelaku UKM yang sedang mengajukan keredit,
membayangkan bunga yang harus dibayarkan sudah membuat resah dan khawatir.
Keadaan ini harus disikapi pemerintah bersama dengan masyarakat.
7 Tantangan untuk Memulai Wirausaha
Adapun 7
tantangan untuk memulai berwirausaha sebagai berikut:
1. Tidak mampu
melihat potensi masalah yang meningkat
Tentu saja, ide wirausaha Anda
terlihat sangat brilian dan tanpa cela saat mereka pertama kali muncul dalam
benak Anda. Namun sesungguhnya, potensi masalah akan mulai muncul, dan akan
terus meningkat dengan kecepatan mengejutkan, saat Anda mulai memasuki setiap
fase berikut ini:
·
Merefleksikan kembali ide wirausaha
yang muncul di kepala Anda, dan memvalidasi potensi ide tersebut secara pribadi
·
Berbagi ide wirausaha Anda dengan
orang-orang terdekat, tak peduli apakah mereka memiliki pengetahuan yang cukup
seputar dunia wirausaha atau tidak
·
Berbagi ide wirausaha dengan
orang-orang yang menurut Anda memiliki visi, misi dan pemikiran yang serupa
dengan Anda
·
Melakukan riset pasar secara pribadi
·
Merekrut rekan-rekan wirausaha yang
nantinya akan Anda bayar (termasuk vendor dan pihak ketiga lainnya)
·
Berbicara dengan propek potensial
·
Berbicara dengan investor potensial
Kenyataannya, jika Anda tidak
memahami tingkat potensi masalah di setiap fase yang akan dijalani tersebut,
akan menyadarikan bahwa Anda memasuki setiap fasenya dalam keadaan tidak siap,
yang akhirnya akan mengantarkan pada kegagalan tak terhindarkan.
2. Menyalahartikan
aktivitas sebagai progress
Sebagai perintis wirausaha, ada banyak sekali hal yang harus Anda lakukan, dan banyak pula hal yang bisa Anda lakukan, meski awalnya tidak Anda rencanakan. Banyak sekali aktivitas yang telah Anda lakukan, tanpa pemberitahuan sama sekali kepada konsumen potensial Anda. Lebih lucunya lagi, Anda bisa saja melakukan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya membuat daftar pekerjaan Anda justru jadi bertambah semakin banyak. Misalnya saja, Anda akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan hak paten, bukan hanya satu, namun lima produk sekaligus. Tentunya, hal ini membuat Anda harus bekerja ekstra. Ujung-ujungnya pun, Anda akan dibebani semakin banyak pekerjaan lainnya, misalnya pengurusan berbagai dokumen dan perijinan, yang tentunya memiliki runtutan pekerjaan lainnya (lagi), dan seterusnya.
Sebagai perintis wirausaha, ada banyak sekali hal yang harus Anda lakukan, dan banyak pula hal yang bisa Anda lakukan, meski awalnya tidak Anda rencanakan. Banyak sekali aktivitas yang telah Anda lakukan, tanpa pemberitahuan sama sekali kepada konsumen potensial Anda. Lebih lucunya lagi, Anda bisa saja melakukan suatu pekerjaan, yang pada akhirnya membuat daftar pekerjaan Anda justru jadi bertambah semakin banyak. Misalnya saja, Anda akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan hak paten, bukan hanya satu, namun lima produk sekaligus. Tentunya, hal ini membuat Anda harus bekerja ekstra. Ujung-ujungnya pun, Anda akan dibebani semakin banyak pekerjaan lainnya, misalnya pengurusan berbagai dokumen dan perijinan, yang tentunya memiliki runtutan pekerjaan lainnya (lagi), dan seterusnya.
Yang menyedihkan, seringkali pemilik
wirausaha menyalahartikan aktivitas dan pekerjaan-pekerjaan yang padat itu
sebagai progress.
Sekedar saran, segala bentuk
aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah yang bisa terukur bagi konsumen
Anda harus dipertanyakan. Ada kemungkinan itu semua hanyalah aktivitas yang
tidak berujung ke mana-mana.
3. Kekurangan
pencapaian yang berharga
Kecuali
jika Anda berhasil menciptakan sebuah produk baru yang sangat mencengangkan,
Anda perlu menciptakan sebuah identitas yang akan meningkatkan kredibilitas wirausaha Anda. Publik
harus mampu dengan mudah memahami dan mengapresiasi mengapa Anda orang yang
tepat untuk membawa bisnis wirausaha ini menuju masa depan yang lebih
cemerlang. Jika mereka tidak percaya kepada Anda, tak perlu waktu lama bagi
mereka untuk kehilangan kepercayaan mereka pada wirausaha yang Anda rintis
juga.
Kenyataannya,
publik masih menilai sebuah buku dari sampulnya, dan menilai seorang
wirausahawan dari pencapaian-pencapaian berharga yang pernah mereka capai
sebelumnya. Jadi, Anda sebaiknya mempersiapkan diri untuk menghadapi hal itu.
4. Tidak tahu apa
yang sebaiknya tidak dilakukan
Waktu adalah aset paling berharga yang Anda miliki saat ini. Jadi, yang terpenting bagi Anda adalah tidak hanya mengetahui hal-hal apa yang harus Anda lakukan, namun lebih penting lagi adalah, mengetahui apa yang tidak seharusnya Anda lakukan.
Waktu adalah aset paling berharga yang Anda miliki saat ini. Jadi, yang terpenting bagi Anda adalah tidak hanya mengetahui hal-hal apa yang harus Anda lakukan, namun lebih penting lagi adalah, mengetahui apa yang tidak seharusnya Anda lakukan.
Dan, bagaimana Anda bisa mengetahui
hal itu? Jawabannya, semua kembali pada pengalaman dan jam terbang Anda.
Namun, mengingat Anda baru pertama
kali menjalani bisnis wirausaha, maka tentu saja pengalaman bukanlah kekuatan
utama Anda. Jadi, cobalah Anda bertukar pikiran dengan orang-orang yang sudah
pernah menjalani bisnis wirausaha sebelumnya, yang sudah berpengalaman, dan mau
mengajari Anda.
5. Tidak mau
mengakui kesalahan
Anda harus mulai belajar untuk
mengenali kesalahan, mengakuinya, dan melanjutkan pekerjaan lainnya. Saat Anda
mengambil sebuah langkah yang keliru, atau menghadapi sebuah hambatan, akan
jauh lebih baik jika Anda mengakui kesalahan Anda, dan menyiapkan diri untuk
aktivitas-aktivitas lain Anda selanjutnya.
Saat Anda terlalu lama berjibaku
dalam mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, hanya sekedar untuk
melepaskan diri dari ketidaknyamanan berada pada posisi yang disalahkan,
sadarilah bahwa dalam posisi ini tidak akan ada yang akhirnya menjadi pemenang.
Jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang cerdas, mereka tidak akan
menggubris hal ini lebih lanjut; namun, jika orang-orang di sekeliling Anda
justru mempermasalahkan siapa yang harus disalahkan jika terjadi kesalahan –
dan membuktikan bahwa mereka sebenarnya tidak secerdas yang ingin mereka akui –
maka, sebenarnya masalah yang Anda hadapi jauh lebih besar dari yang Anda
bayangkan.
6. Mencoba
memperbaiki kelemahan secara instan
Mencoba memperbaiki kelemahan saat
pertama kali memasuki dunia wirausaha ibarat mencoba memperbaiki ban yang bocor
saat kendaraan Anda masih melaju. Sadarilah bahwa tidak ada masa “uji coba”
dalam perintisan bisnis wirausaha. Semuanya sangatlah nyata.
Satu-satunya cara untuk bisa
memenangkan permainan ini adalah dengan menggunakan kekuatan Anda, berinvetasi
pada kekuatan Anda, dan berinvestasi pada tim yang bisa menutupi kelemahan
Anda.
7. Meyakini bahwa
semuanya bisa Anda control
Ini merupakan masalah klasik yang
masih terus dihadapi orang yang baru terjun ke dalam dunia wirausaha.
Kenyataannya, kepercayaan diri dan kesombongan hanya dipisahkan dengan garis
tipis. Anda bisa saja berkilah bahwa Anda memiliki kepercayaan diri yang luar
biasa, untuk menutupi keangkuhan Anda, sampai pada akhirnya Anda dipaksa untuk
mengakui kesombongan Anda oleh kegagalan. Ada sebuah pepatah dari Afrika yang
cocok digunakan untuk menggambarkan situasi ini, dan beberapa skenario lainnya.
Pepatah tersebut berbunyi seperti ini: “Jika Anda ingin melaju dengan kencang,
berkendaralah seorang diri. Jika Anda ingin melaju dengan jauh, berkendaralah
bersama-sama.”
Wirausaha adalah suatu “permainan”
yang hanya bisa Anda menangkan dalam jangka panjang. Ini adalah suatu
“permainan” yang melibatkan banyak sekali pihak, di luar diri Anda sendiri.
Jangan pernah percaya jika ada yang mengatakan bahwa dengan berwirausaha,
artinya Anda bisa mengontrol semua hal, dari yang terbesar hingga yang
terkecil, seorang diri; tak peduli seberapa cerdasnya dirimu.
Sumber:
http://blog.sribu.com/2013/10/30/7-tantangan-untuk-memulai-wirausaha/
dgzj tkuret
BalasHapusKAMU BOHONG
BalasHapus